Garoetpos.com – 12 Mei 1998 menjadi tonggak bersejarah bagi lahirnya reformasi di Indonesia. Sejarah kelam atas tragedi penembakan berdarah kepada elemen massa dari mahasiswa di Universitas Trisakti.
Saat itu penembakan brutal dilakukan kepada mereka yang menuntut dilengserkannya Soeharto dari jabatannya sebagai Presiden RI.
Empat mahasiswa Universitas Trisakti menjadi korban penembakan berdarah. Mereka yakni, Almarhum Elang Mulia Lesmana; Heri Hertanto; Hafidin Royan; dan Hendriawan Sie. Keempat pejuang reformasi itu meninggal dunia dengan luka tembak yang mengenaskan.
Tepat pada hari ini, 24 tahun sudah tragedi berdarah itu berlalu. Tersisa perjuangan reformasi yang kini dirasakan oleh seluruh bangsa Indonesia. Dalam kesempatan ini, Garoetpos.com mencoba mengulas sedikit tentang sejarah serta latar belakang terjadinya tragedi berdarah 12 Mei di Trisakti.
Dari sejumlah sumber yang dihimpun, tragedi berdarah itu bermula ketika krisis finansial di Asia yang berdampak pada Indonesia. Indonesia turut mengalami krisis moneter. Tak hanya itu, praktik Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) saat itu juga menjadi sebabnya. Mahasiswa menjadi garda terdepan dalam gelaran aksi demonstrasi di berbagai daerah.
Tepat pada 12 Mei 1998, para mahasiswa menggelar aksi besar-besaran yang berpusat di Gedung DPR RI. Salah satu yang berencana turut dalam aksi tersebut yakni para mahasiswa Universitas Trisakti. Namun demikian, rencana mahasiswa Trisakti bergabung ke Gedung DPR RI diblokade oleh Polri dan TNI.
Mahasiswa Trisakti yang semula menggelar aksi damai di Kampus dan berencana menuju ke Gedung DPR akhirnya terhambat hingga sore hari. Para mahasiswa Trisakti lantas bertahan dan bernegosiasi dengan aparat Polri dan TNI untuk bisa bergabung ke Gedung DPR.
Mahasiswa gagal untuk menembus blokade Polri dan TNI. Mereka memilih untuk mundur ke kampus. Situasi tiba-tiba memanas. Suara tembakan mulai terdengar. Aparat dilaporkan menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa berlari menyelamatkan diri ke dalam Kampus Trisakti.
Aparat dilaporkan masih terus melakukan serangkaian penembakan ke arah mahasiswa di dalam Kampus Trisakti. Tak hanya penembakan, aksi pemukulan, pengeroyokan, hingga pelecehan seksual dilaporkan juga turut dialami oleh para mahasiswa-mahasiswi Trisakti.
Sesaat itu juga, korban mulai berjatuhan. Tak sedikit korban yang tergeletak di jalan dekat Kampus Trisakti. Sebagian korban kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Sumber Waras. Hingga pukul 20.00 WIB, dipastikan empat tewas tertembak. Sedangkan satu lainnya kritis.
Aparat keamanan berdalih tidak menggunakan peluru tajam saat itu. Namun, hasil otopsi menunjukkan bahwa kematian empat mahasiswa tersebut disebabkan peluru tajam. Hasil sementara, diprediksi peluru tersebut hasil pantulan dari tanah peluru tajam untuk tembakan peringatan.
Setelah mendapat laporan adanya korban jiwa, sejumlah petinggi aparat keamanan langsung menggelar jumpa pers sekira pukul 01.30 WIB di Mapolda Metro Jaya.
Jumpa pers tersebut dihadiri Pangdam Jaya, Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin; Kapolda Mayjen (Pol) Hamami Nata; Rektor Trisakti Prof. Dr. R. Moedanton Moertedjo; dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli dan Bambang W Soeharto. (*)