Garoetpos.com – Bencana banjir dan longsor yang telah terjadi di 14 kecamatan di Kabupaten Garut, Jawa Barat salah satu penyebabnya meluapnya aliran Sungai Cimanuk dan Sungai Cikaengan. Banjir berdampak pada 90 Desa/Kelurahan yang tersebar di 14 Kecamatan menyebabkan 242 Kepala Keluarga (KK) atau 785 Jiwa mengungsi.
Kejadian banjir dan tanah longsor yang terjadi tersebar di 14 kecamatan antara lain Cikajang, Tarogong Kidul, Pasirwangi, Cigedug, Cibatu, Bayongbong, Tarogong kaler, Samarang, Cilawu, Banyuresmi, Karangpawitan, Garut Kota, Banjarwangi dan Singajaya.
Peristiwa itu telah berdampak pada 6.314 KK atau 19.546 jiwa. BPBD Kabupaten Garut melaporkan 4.035 unit rumah terdampak, 11 unit rumah di antaranya rusak berat, 13 kantor pemerintah rusak sedang, 10 kantor pemerintah rusak ringan, 2 unit fasilitas pendidikan rusak sedang dan 3 unit fasilitas pendidikan rusak ringan serta sedikitnya 17.077 hektare kolam ikan milik warga terdampak.
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil, mengatakan, bencana yang terjadi merupakan dampak dari pemanasan global. Saat ini terjadi bencana hidrometeorologi seharusnya diprediksi merupakan musim kemarau. Namun, adanya pemanasan global yang terjadi membuat cuaca tidak menentu dan seharusnya telah masuk musim kemarau.
“Kami meminta masyarakat untuk dapat kembali melakukan penghijauan lahan yang sudah kritis dan apabila menemukan lahan kritis yang tidak bisa ditangani secara swadaya, masyarakat diminta melaporkannya kepada Pemerintah Provinsi Jabar,” kata Kang Emil sapaan karibnya di Kabupaten Garut, Kamis, 21 Juli 2022.
Ia mengatakan, masalah lingkungan bukanlah semata urusan negara tetapi seluruh pihak dinilai memiliki peran untuk menjaga kondisi lingkungan. Pemprov Jabar sendiri juga telah menanam lebih dari 56 juta pohon dalam tiga tahun terakhir.
Selain terus melakukan penanaman mangrove di sejumlah wilayah pantai sebagai komitmen untuk mengatasi dan akan terus dilakukannya apalagi sudah ada ratusan hektare tanah di Jabar sudah menjadi laut.
“Kedepannya, untuk kaitan dengan persoalan Sungai Cimanuk sering kali terjadinya banjir luapan sungai untuk melakukan perbaikan dan ini bukan tidak mungkin mereplikasi program Citarum Harum. Karena, salam pelaksanaan dilakukan dengan model pentahelix dan aparat TNI dan Polisi turun tangan, tapi kalau Sungai Cimanuk harus bottom-up soalnya jadi kami tunggu aspirasinya kalau dirasa ingin meng-copy paste Citarum mari kita lakukan, tidak usah saling menyalahkan karena urusan iklim banjir multi dimensi,” paparnya. (**)