Garoetpos.com – Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut (DKKG ) Irwan Hendarsyah, SE angkat bicara terkait tingginya angka Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Kabupaten Garut.
Saat dikonfirmasi Garoetpos.com, Senin (19-12-2022), Ia merasa geram begitu cepatnya kenaikan angka LGBT di Kabupaten Garut.
Pada tahun 2018 terang Kang Jiwan, ada 1500 orang terindikasi LGBT, sekarang berdasarkan informasi dari pemberitaan beberapa media sudah mencapai 3000 orang terindikasi LGBT yang tersebar ke semua kalangan masyarakat tidak terkecuali kalangan anak sekolah.
“Tentunya ini harus menjadi perhatian serius dari seluruh kalangan masyarakat, terutama Pemda Garut sendiri agar LGBT tidak menyebar lebih luas lagi,” jelas Kang Jiwan.
Dikatakannya, LGBT merupakan virus dari pergaulan bebas yang mana penyebarannya begitu cepat dan tentunya sangat merusak, bukan hanya kepada kaum LGBT saja, tapi bisa merusak terhadap tatanan kehidupan sosial masyarakat.
“Bahkan tidak menutup kemungkinan virus tersebut telah menyebar dan merusak orang terdekat di sekitar kita,” ucap Irwan Hendarsyah, SE yang akrab disapa Kang Jiwan, Senin (19-12_2022).
Selain itu lanjut Kang Jiwan, perilaku menyimpang LGBT ini bisa menyebabkan terjangkitnya virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang mana sampai saat ini penyakit tersebut belum ada obat penyembuhnya.
“Sangat riskan sekali dan ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan generasi yang akan datang jika penyebarannya tidak kita tangani dengan serius. Hancurlah negara ini akibat kaum LGBT berperilaku sudah menyalahi kodrat manusia, agama dan negara. Bersiaplah-siaplah menerima azab. Inilah perilaku manusia diakhir jaman, dan ini semua adalah bukti, bahwa dalam berbudaya manusia sedang dalam masa transisi peralihan adat kebiasaan yang salah dan buruk sehingga menghilangkan budaya yang sebenarnya di masyarakat kita,” ujar Kang Jiwan.
“Budi pekerti dari cipta karsa manusia yang berakal sehat yang telah dijalankan oleh manusia sebagai tuntunan berperilaku dalam kehidupan kesehariannya sehingga terciptalah harmonisasi silih asah silih asuh yang menjadi budaya kita sebenarnya, kini telah dirusak oleh perilaku LGBT yang sangat meresahkan ini,” imbuh Kang Jiwan.
Menurutnya, sekarang ini yang paling ampuh untuk menangani penyebaran virus LGBT ini hanyalah vaksin budaya, yang mana komposisi didalamnya sudah sangat komplet, seperti ajaran kebaikan agama, tata krama, dan kesehatan.
“Semuanya itu menjadi satu kesatuan dalam pola hidup yang menjadi tuntunan bagi kehidupan berikutnya terutama bagi generasi muda, dan apabila hal tersebut dilakukan oleh kita semua termasuk pemerintah, saya yakin virus LGBT akan hilang di kabupaten Garut. Jangan sampai julukan kota seribu pesantren, kota santri berubah menjadi kota lautan LGBT. Terlepas dari benar tidaknya angka yang terindikasi LGBT tersebut, saya sangat berterima kasih kepada pihak yang telah berani mengungkap penyebaran kaum LGBT di Kabupaten Garut,” terangnya.
Menurutnya, ada hal yang lebih penting dari informasi itu yakni penyadaran sedini mungkin terhadap kehidupan selanjutnya dan penerapan nilai budaya wajib segera ditanamkan dalam kehidupan anak-anak kita sebagai generasi mendatang.
“Untuk pemerintah sendiri segera mengambil tindakan serius agar Kabupaten Garut bebas LGBT dengan dibuatkannya Perda khusus,” tutupnya. (Dedi Sofwan)