Garoetpos.com – Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat meminta Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) untuk berkolaborasi melakukan upaya menyiapkan dan memudahkan masyarakat mendapatkan makanan bergizi dalam rangka mengatasi persoalan “stunting”.
“Supaya terjangkau bagaimana, ini juga (menjadi) pemikiran bersama, karena rata-rata sumber protein hewani itu mahal,” kata Wakil Bupati Garut Helmi Budiman melalui siaran pers di Garut, Kamis.
Ia menuturkan ahli gizi bisa memberikan rekomendasi apa saja yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah agar masyarakat bisa mengkonsumsi makanan yang bergizi, khususnya yang mengandung protein hewani.
Menurut dia ketersediaan pangan bergizi itu menjadi tantangan bagi pemerintah daerah, khususnya di sektor produksi agar masyarakat mendapatkan makanan yang bergizi, khususnya dalam pemenuhan protein hewani bagi ibu-ibu dan anak-anak.
“Tentu untuk ahli gizi ini dari Persagi tantangan bagaimana menghidangkan, membuat ibu-ibu kita itu ketagihan untuk mengkonsumsi, memberikan anak-anaknya juga makanan-makanan yang berprotein hewani,” katanya.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Tri Cahyo Nugroho menambahkan protein hewani harus ada di setiap makanan balita, seperti telur, ikan, ayam, atau produk olahan daging lainnya di antaranya sosis dan nuget.
Menurut dia dua hal yang menjadi penyebab ‘stunting’ yaitu kekurangan asupan gizi dan sakit, persoalan itu karena kurangnya asupan gizi berkelanjutan sehingga terjadi ‘stunting’.
“Yang kekurangan gizi dalam waktu lama akan menjadi ‘stunting’ seperti ibu hamil, anemia, ibu hamil kurang gizi, maka yang dikandungannya akan menjadi ‘stunting’ saat lahir, atau bayi berat lahir rendah,” katanya.
Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Daerah Aisiyah Garut, Sakinah Ginna R menyatakan, pihaknya menyelenggarakan seminar dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional, berkolaborasi dengan Persagi untuk mengkampanyekan pentingnya mencegah ‘stunting’ seperti mengupayakan masyarakat agar mengkonsumsi protein hewani dengan memanfaatkan makanan-makanan lokal.
“Tentunya mungkin kan masyarakat akan merasa mahal dengan membeli protein hewani, nah kita juga mengkampanyekan bagaimana mereka bisa memanfaatkan makanan-makanan yang ada di lokal,” katanya.
(Sumber: ANTARA)