Garoetpos.com_. Terpuruk selama masa pandemi Covid-19, kini sektor pariwisata di Indonesia termasuk di Garut mulai menunjukan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kini para wisatawan mulai lokal, regional, nasional, hingga internasional mulai berdatangan lagi ke objek-objek wisata.
Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah, menyebutkan tahun 2022 Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai 5,47 juta atau naik sekitar 251,28 persen dibandingkan dengan 2021.
Peningkatan serupa terjadi pada kunjungan wisatawan nusantara atau domestik di dalam negeri yang mencapai 734,86 juta.
Selain di tempat wisata, imbuh Ferdy, tanda-tanda pemulihan ini juga terlihat dari tingkat hunian rata-rata hotel di destinasi pariwisata di Indonesia, termasuk destinasi wisata yang ada di Garut.
“Covid-19 telah memberikan banyak pelajaran bahwa pembangunan kepariwisataan harus dilaksanakan dalam kerangka sustainable development goals atau SDG’s, yakni mengedepankan pada pembangunan People atau SDM, Planet dan Prosperity”, ujar Ferdy di sela kegiatan BISA FEST di Taman Kuliner Cibatu, Kecamatan Cibatu, Garut.
Maknanya, kata Ferdy, pembangunan kepariwisataan harus menjadi media untuk mengurangi segala bentuk keterbelakangan, dan memastikan bahwa setiap individu manusia dapat mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya dalam rangka meningkatkan martabat kemanusiannya.
Menurut politisi Partai Golkar ini, beragam usaha telah dilakukan oleh segenap pemangku kepentingan pariwisata baik pemerintah, DPR, industri, media, dan masyarakat untuk menggerakkan kembali dunia pariwisata. Ia pun menekankan lima pilar penting dalam pembangunan kepariwisataan.
“Lima pilar itu terdiri dari pembangunan kepariwisataan yang berkualitas, berdaya saing, berkelanjutan, berdaya tahan, dan menyejahterakan. Esensi dari kelima pilar tersebut adalah bahwa setiap kegiatan pembangunan kepariwisataan harus dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang tersedia dengan manfaat jangka panjang”, katanya.
Ferdy mengungkapkan, pembangunan kepariwisataan yang menitikberatkan pada kelima pendekatan tersebut merupakan konsep ideal bagi pariwisata. Sebab pendekatan tersebut mampu menyeimbangkan antara aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya.
Dengan demikian, tuturnya, pemanfaatan sumber daya pariwisata dapat dilakukan secara lestari dan bertanggung jawab tanpa merusak atau mengurangi nilai sumber daya yang dimiliki. Hal ini dimaksudkan agar upaya komersialisasi atau ekonomis selaras dengan upaya konservasi sumber daya dan tetap dapat dimanfaatkan oleh generasi mendatang.
Terkait acara BISA FEST yang dilaksanakan di Taman Kuliner Cibatu, ia menjelaskan kegiatan ini digelar dalam rangka mempercepat upaya pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif. Kata BISA pada judul kegiatan merupakan singkatan dari Bersih, Indah, Sehat dan Aman.
Diharapkan Ferdy, melalui kegiatan BISA FEST ini dapat menjadi kegiatan pemberdayaan para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif untuk kembali produktif dan berinovasi pasca pandemi covid. Selain itu, kegiatan ini juga sebagai bentuk kemitraan antar lembaga yang bertujuan untuk sharing informasi dan edukasi, serta mendengarkan aspirasi dari masyarakat dalam rangka pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Di acara BISA FEST ini, kita tampilkan sejumlah kesenian dan budaya di antaranya pencak silat, pop sunda, kesenian calung, penampilan debus dan reog. Kami sangat senang karena antusias masyarakat sangat tinggi terhadap kegiatan ini”, ucap Ferdy.(Zaahwan)*