Garoetpos.com – Fajar Nugraha, pelajar asal Garut yang diterima masuk Institut Perguruan Tinggi (ITB) namun terkendala masalah biaya bisa bernapas lega. Fajar yang tadinya terancam tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan kini tak perlu risau.
Itu karena pihak ITB tengah mengusulkan Fajar menjadi salah satu mahasiswa yang akan menerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK). Hal tersebut disampaikan Kabiro Komunikasi dan Humas ITB Naomi Haswanto.
“ITB sudah memproses proses penerimaan mahasiswa tersebut (Fajar Nugraha). Mahasiswa yang bersangkutan diusulkan sebagai penerima beasiswa KIPK,” kata Naomi seperti yang dilansir detikJabar, Senin (30/5/2022).
Di ITB, pelajar 16 tahun asal Kampung Sukatani, Ciburuy, Bayongbong, Garut tersebut diterima pada Jurusan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Dengan diusulkan mendapat beasiswa KIPK, Fajar nantinya bakal menerima beberapa fasilitas, di antaranya bebas biaya kuliah (UKT) dan mendapat biaya hidup.
“Fasilitas bebas biaya kuliah (UKT) dan diberikan biaya hidup sehari-hari Rp 1.250.000 per bulan dan tinggal di asrama ITB selama 8 semester,” jelasnya.
Naomi menjelaskan, beasiswa KIPK tersebut diberikan selama empat tahun. Namun mahasiswa penerima KIPK harus berprestasi agar bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu sesuai dengan kontrak yang ditandatangani.
Sebagian penerima beasiswa Bidikmisi memang tidak dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu (4 tahun). Sehingga beasiswa diputus atua dihentikan Kemendikbudristek.
“Namun ITB memahami mahasiswa tidak menyelesaikan kuliah tepat waktu selama 4 tahun bisa karena berbagai sebab. Untuk itu ITB memberikan pengurangan UKT hingga 100% dengan harapan mahasiswa tetap dapat menyelesaikan kuliah,” ucap Naomi.
Dengan apa yang dialami Fajar Nugraha, Naomi memastikan ITB menjamin mahasiswa tidak putus kuliah hanya karena hambatan ekononomi mahasiswa.
Fajar sendiri sebelumnya dikabarkan diterima di tiga perguruan tinggi favorit. Ketiga perguruan tinggi tersebut adalah Institut Teknologi Bandung, UIN Sunan Gunung Djati dan UIN Sultan Maulana Hasanuddin.
Namun sayang, impian remaja asal Kecamatan Bayongbong untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ini terancam gagal karena terkendala biaya. Fajar merupakan anak kuli bangunan.
Dia tinggal di rumah gubuk di kawasan Kampung Sukatani, Desa Ciburuy, dengan ibu, satu adik dan ayah tirinya. Meskipun begitu, tekad Fajar dalam belajar tak pernah pudar. Hal tersebut dikatakan sang ibu, Elin.
“Anak saya ini pintar, dia selalu ingin jadi seperti idolanya Pak Habibie. Tapi saya sendiri merasa bersalah karena saya enggak bisa berbuat apa-apa. Ekonomi keluarga seperti ini,” kata Elin.
Sumber : detik.com